FANFICTION – “HYUNG” – OneShoot – KyuMin

HYUNG

Hyung........

Hyung……..

Title: HYUNG…
Author: A u r o r a
Casts: Kyu-Min, Clara
Genre: Family, Brotherhood, maybe sad, angst, hurt

I don’t know why! Jinjja!! Why some new scenario idea always come to my mind when I stay in trouble moment, like this…
Why must come right now? Aigoo… -_-

Don’t forget to leave some review after read this-not-good-fiction-story-made-by-me…
Gomawo, Gamsha, happy reading yeorobun…
———————————————————————————————————————————-

HYUNG…

 

“Just little words, Sorry hyung… sorry…”
————————————————————————————————————————————


~~December 2014…

Kyuhyun tengah duduk di tempat duduk dekat perapian di dalam rumahnya. Hari ini adalah hari terakhir di bulan desember, hari terakhir untuk tahun 2014, dan besok tidak terasa sudah menginjak tahun 2015. Suasana masih dingin, yah, Korea selalu diliputi musim salju saat akhir tahun. Kyuhyun meraih satu buku bercover warna hitam legam yang sedang tergeletak dimeja di hadapannya, sepertinya itu milik Clara, istrinya. Ia membuka buku itu, ternyata sebuah buku tulis berisi catatan-catatan penting. Wanita biasanya memang selalu memiliki buku semacam ini. Kyuhyun masih asyik menyibak lembar demi lembar buku tulis dihadapannya, sampai ketika secara tidak sengaja, ada satu helai foto meluncur mulus dari sela-sela buku itu, dan kini sudah tergeletak telungkup di hadapan kakinya. Ia meraih foto itu, dan terpampang jelas, ada satu foto pria, yang sudah lama tidak ia lihat, yang punya banyak kenangan dengan Kyuhyun, lebih tepatnya Kyuhyun menganggap itu sebagai kenangan pahit. Kyuhyun masih menatap fokus foto lusuh itu dengan dahi mengernyit, terlihat jelas raut tak suka dari wajah Kyuhyun ke arah wajah namja yang sedang tersenyum di foto itu. Terlebih lagi, karena ia heran, kenapa bisa foto orang itu ada di buku pribadi istrinya. Pikiran Kyuhyun kini menerawang jauh, memutar memorinya ke beberapa tahun yang sudah ia lewatkan.


*

*

Sungmin, namja berambut hitam pekat itu adalah orang yang dulunya sangat dekat dengan Clara. Clara menganggapnya sudah seperti kakak kandung sendiri. Mereka dulunya kuliah di universitas yang sama, namun Sungmin adalah seniornya. Bagaimana mereka bisa saling mengenal? Mereka dulunya mengikuti organisasi yang sama di kampus mereka. Dan apalagi Sungmin ternyata adalah kakak dari kekasihnya, mereka akhirnya makin dekat.

Dia merupakan saudara tiri Kyuhyun, lebih tepatnya saudara tiri yang sangat dibenci Kyuhyun. Sungmin lebih tua 2 tahun diatas Kyuhyun. Kyuhyun sangat membenci Sungmin lebih dari apapun yang ia benci di dunia ini. Meskipun sebenarnya Sungmin sangat menyayangi Kyuhyun dengan tulus seperti adik kandungnya sendiri, bahkan selalu melakukan segala hal untuk menyenangkan Hati Kyuhyun, Kyuhyun tidak pernah tersentuh sedikitpun. Sama sekali tidak.

Ketika Kyuhyun masih kecil, ibunya meninggal dan kemudian beberapa tahun setelahnya, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita yang juga merupakan ibu Sungmin. Merupakan sebuah mimpi buruk bagi Kyuhyun memiliki eomma dan hyung tiri. Ia membenci kenyataan itu, karena baginya, mereka tidak pantas masuk ke keluarganya. Baginya, ibu kandungnya tidak bisa digantikan oleh siapapun.

Annyeong… Lee Sungmin imnida… Bangapseumnida…” Sungmin kecil tersenyum ramah ke arah Kyuhyun sambil menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak Kyuhyun berjabat tangan. Namun Kyuhyun menepis tangan mungil itu dan beranjak pergi menuju kamar pribadinya. Dia benci melihat appanya dan 2 orang baru yang barusan dikenalkan appanya padanya.

“Maafkan Kyuhyun, mungkin dia masih belum terbiasa…” Sahut tuan Cho, sambil mengusap bahu istrinya.

“Tidak apa-apa… Aku mengerti perasaan Kyuhyunie saat ini. Sangat berat baginya untuk menerima ibu baru. Aku tidak apa-apa…” ibu Sungmin menimpali. Tuan Cho mengalihkan pandangannya ke arah namja kecil di dekat istrinya, anak barunya. Ia bisa melihat wajah Sungmin yang kebingungan atas perlakuan Kyuhyun barusan. Sungmin masih menatap lurus ke arah telapak tangan yang baru saja ditepis Kyuhyun itu.

“Sungmin ah…”

“Appa, coba lihat, apa tanganku kotor ya? Kyuhyunie tidak mau bersalaman denganku. Aish, mungkin tanganku kotor.” Sungmin menengadahkan telapak tangannya ke arah ayahnya dengan serius. Tuan Cho hanya terkekeh. Ia sangat heran, bagaimana ada anak sepolos ini, pikirnya.

Kyuhyun merasa kalau Sungmin dan eomma tirinya itu nantinya akan merebut perhatian appanya, atau mungkin memeras hartanya, atau mungkin juga berencana buruk terhadapnya. Kyuhyun memang terlalu cemas dengan keberadaan keluarga tiri itu, mungkin karena ia sering menyaksikan drama-drama di televisi yang mengisahkan bahwa ibu tiri itu jahat, mungkin saja. Karena itulah ia sangat benci pada Sungmin dan eomma tirinya.

Entah takdir apa, Eomma Sungmin cepat sekali dipanggil Tuhan. Eomma Sungmin meninggal saat usia Kyuhyun 17 tahun dan Sungmin 19 tahun. Kyuhyun sama sekali tidak menangis saat itu, dia biasa saja. Berbeda dengan Sungmin yang hanya bisa menatap hampa ke jenazah ibunya. Pemuda bermanik foxy itu sangat kehilangan ibu yang sangat ia sayangi.

Tahun demi tahun berlalu, mereka sudah melepas status mahasiswa, dan sudah bekerja di perusahaan yang sama, perusahaan milik ayah Kyuhyun. Namun lagi-lagi duka itu datang. Ayah Kyuhyun mengidap gagal jantung, yang sekaligus merenggut nyawanya. Kali ini bukan hanya Sungmin yang menangis, tentu Kyuhyun juga. Meski ia benci akan sikap ayahnya yang membawa 2 orang asing ke kehidupannya, ia tetap menyayangi ayahnya, ayah yang selalu menyayangi dan mengasihinya dengan kadar yang tidak berubah dari waktu ke waktu.

Tidak lama berselang, sekitar 9 hari setelah kepergian ayahnya, Kyuhyun berinisiatif menghampiri Sungmin. Ia muncul sambil memasang wajah datar dan dingin, seperti biasanya. Kyuhyun masuk ke ruang kerja Sungmin setelah sebelumnya mengetuk pintu.

“Kyuhyunie… Ah, tumben kau datang ke ruanganku. Duduklah…” Tawar Sungmin dengan senyum ramah ke arah Kyuhyun yang berdiri di dekat meja kerjanya. Betapa senang perasaannya karena adiknya mau lebih dahulu menghampirinya. Ia terlalu senang, ia berharap, semoga ini merupakan tanda bahwa Kyuhyun sudah mulai bisa menerima dirinya sebagai Hyung dari Kyuhyun.

“Ada yang ingin kukatakan padamu.” Sahut Kyuhyun to the point. ‘Masih sama seperti dulu, belum bersedia memanggilku hyung, tapi tidak apa-apa…’ gumam Sungmin dalam hati.

“Duduklah, akan lebih nyaman jika kau…”

“Aku tidak ingin duduk. Aku hanya ingin bicara.” Potong Kyuhyun dengan nada tegas. Sungmin tidak melanjutkan ucapannya, tidak mau membuat Kyuhyun tambah marah.

“Eommamu sudah meninggal, kan. Appaku juga…” Kyuhyun mulai bicara. Sungmin masih diam, memberi kesempatan Kyuhyun untuk berbicara lebih banyak lagi.

“Kau tahu kan, aku sangat membenci ibumu dan juga kau.” Sungmin menelan salivanya berat, ternyata dugaannya salah. Kyuhyun, adik kesayangannya, masih membencinya sampai saat ini.

“Alasan mengapa aku tetap berdiam diri terhadapmu selama ini adalah karena aku menghormati ayahku. Aku melihat kalau ayahku sangat menyayangimu, sama seperti dia menyayangiku. Aku menghormati ayahku, karena itulah aku tetap menahan kebencianku padamu dihadapan ayah.” Kyuhyun memberi jeda sesaat. Ia sedang menyusun kata-kata yang ingin ia ucapkan selanjutnya. Sungmin masih menatap Kyuhyun, menunggu dengan tidak sabar, apa yang ingin Kyuhyun katakan setelah ini. Ayolah, dia benar-benar merasa tidak nyaman sekarang. Perasaannya tidak enak.

“Sekarang appa juga sudah meninggal. Jadi…” Kyuhyun melipat kedua tangannya di dadanya. “Kurasa tidak ada alasan lagi bagimu untuk tinggal di dekatku. Aku meminta dengan hormat, sebaiknya tinggalkan kediaman Cho, tinggalkan perusahaan ini, dan menjauhlah dari kehidupanku. Pergilah entah kemana, yang penting jangan berada disekitarku, dan jangan lagi tunjukkan wajahmu di hidupku.” Sungmin menatap tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kyuhyun padanya. Ia bisa merasakan kalau saat ini napasnya terasa berat.

“Tapi, appa… Appa menitipkanmu padaku Kyuhyunie, sebelum appa menghembuskan napas terakhir. Kau, kau itu sudah menjadi tanggung jawabku…” ucap Sungmin lirih. Bukannya ia takut tidak bisa tinggal di rumah mereka lagi atau takut tidak bisa bekerja di kantor itu lagi, yang Sungmin cemaskan adalah, bagaimana nantinya jika Kyuhyun sendirian. Siapa yang membantunya menyelesaikan pekerjaan kantor dan mengelola bisnis lainnya. Lagipula dia sudah diberi tanggung jawab untuk menjaga Kyuhyun. Jadi dia benar-benar merasa berat memenuhi keinginan Kyuhyun yang satu ini.

“Aku bukan anak kecil berusia 5 tahun yang harus diasuh ataupun dijagai. Aku sudah berusia 23 tahun. Aku ini sudah dewasa untuk ukuran namja. Lagipula aku tidak membutuhkanmu dan aku tidak mau dirawat olehmu. Memangnya siapa kau. Kau itu hanya perusak kebahagiaanku dan kau itu hanya bisa merepotkan keluarga Cho! Sadarlah Lee Sungmin, kau hanya pendatang yang menumpang pada kekayaan ayahku.” Sungmin tertunduk perlahan. ‘Ya, memangnya siapa aku…’ gumam Sungmin miris.

“Kalau kau ingin begitu, baiklah… Tidak apa-apa… Aku, akan pergi…” Sungmin mencoba mengulas senyum ke arah Kyuhyun, meski sebenarnya rasanya sangat pahit mengetahui kenyataan ini.

“Aku sudah menyiapkan uang untuk biaya akomodasi dan transportasi untukmu. Aku juga masih punya otak, kau tentu butuh biaya untuk pergi jauh dariku. Jadi kuharap, hargai keputusanku, dan jangan pernah kembali lagi ke negara ini.”

“apa maksudmu, jangan kembali ke negara ini?”

“Tinggalkan korea.” Sungmin menghela napas mendengarkan ucapan Kyuhyun.

“Baiklah… Aku berjanji akan memenuhi keinginanmu…”

Kyuhyun ingat, saat itu adalah terakhir kalinya ia bertatap muka dengan Sungmin. Karena setelah itu, pengacaranya lah yang mengurus penyerahan dana untuk Sungmin, dan ia tidak melihat kapan Sungmin pergi, karena ia memang tidak tertarik untuk melakukan itu.


# # #

“Kau, mengusir Sungmin oppa??” tanya Clara tidak percaya.

“Memangnya kenapa?”

“Kenapa kau tega, Kyuhyunie… Kasihan Sungmin oppa…” Clara menyayangkan sikap Kyuhyun yang makin kejam pada Sungmin. Ia tahu betul kalau Sungmin sangat baik, tapi ia tidak habis pikir, kenapa Kyuhyun tidak pernah menyadari kebaikan Sungmin. Kenapa hati Kyuhyun tetap beku.

“Aku tidak peduli.”

“Jadi Sungmin oppa pindah kemana?”

“Aku tidak tahu dan aku tidak mau tahu. Yang pasti aku menyuruhnya untuk meninggalkan negara ini.” Clara terkejut dan tidak terasa matanya berair. Ia merasa sangat kehilangan seorang kakak.

 

*

*

 

“Sepertinya kau serius sekali menatap foto itu…” Clara ikut bergabung ke dekat perapian sambil meletakkan secangkir coklat panas di hadapan Kyuhyun, dan satu lagi di dekatnya. Kyuhyun yang baru saja sibuk dengan pikiran masa lalunya tersadar dari lamunan panjang itu. Kyuhyun hanya tersenyum simpul kemudian meletakkan foto lusuh yang warnanya nyaris memudar itu di sisi gelas.

“Bagaimana bisa foto ini ada terselip disini?” tanyanya sambil menunjuk buku hitam milik Clara.

“Aku hanya berniat menyimpannya…” sahutnya tersenyum. Kyuhyun mendengus.

“Dari mana kau mendapatkannya?”

“Kalau aku tidak salah ingat, aku menemukan foto itu saat membereskan barang-barang milik ayahmu. Sekitar beberapa tahun lalu…”

“Jadi kau sudah lama menyimpannya?”

“Ne…”

“Ck…” Kyuhyun mendecit tidak suka.

“Sudah lama aku tidak melihat orang ini. Sepertinya dia memang pintar, mengerti apa kemauanku, yaitu pergi dari kehidupanku untuk selamanya…” sahut Kyuhyun dengan nada yang terdengar seperti menghakimi.

“Sudah berapa lama kalian tidak bertemu?”

“Hmm, sepertinya 7 tahun, yah, kurang lebih 7 tahun, ditambah tahun depan jadi genap 8 tahun…” Sahut Kyuhyun menerka-nerka. “Dan aku berharap, aku benar-benar tidak bertemu dengannya lagi, selamanya.” Klara menghembuskan napas panjang. Kyuhyun ternyata sampai saat ini masih membenci Sungmin. Dalam hati kecilnya, Clara sangat sedih mengetahui fakta ini.

“Kau tahu Kyuhyun-ah, sebenarnya aku bertemu dengannya sekitar 2 tahun lalu…” Clara melanjutkan.

“Dimana? Mengapa kau bertemu dengannya? Kenapa baru bercerita sekarang? Huh…” Kyuhyun melemparkan pandangan dinginnya ke arah lain, sedangkan Clara meneguk coklat panasnya sejenak.

“Kami bertemu secara tidak sengaja, tepat saat kau sedang koma…” Clara memperbaiki posisi duduknya. Kini wajah Clara terlihat lebih serius.

“Dan kurasa kau memang tidak akan pernah lagi bertemu dengannya, Kyuhyunie…” Clara membuka suara. Kyuhyun menatap istrinya bingung. Clara berpikir sejenak, rasanya saat ini merupakan moment yang paling tepat untuk bercerita dan menghentikan semua kebekuan di hati Kyuhyun.


[FLASHBACK]

Clara menangis sesenggukan di tengah jalan yang penuh dengan manusia yang sedang berlalu lalang di sore itu. Dia tidak mempedulikan wajah orang-orang yang menatapnya dengan tatapan iba, aneh, ataupun acuh. Dia tidak peduli. Baginya tidak ada waktu untuk memikirkan segala tatapan-tatapan yang dilayangkan beberapa orang padanya. Ia masih berjalan gontai sambil mengusap air mata yang tidak bisa berhenti itu. Dadanya sesak, pikirannya kacau, dan ia serasa ingin mati sekarang. Tapi tidak, dia belum boleh mati, masih ada hal yang harus ia lakukan saat ini. Mencari bantuan.

Ia tidak mengetahui sekarang ia berjalan kemana. Pikirannya yang acak-acakan dan masalah yang sedang ia rasakan membuatnya kacau. Dia benar-benar kalut sekarang, sampai-sampai ia tidak memperhatikan jalanan sekitarnya dan akhirnya bertabrakan dengan seseorang.

“Maaf, maafkan aku…” Clara segera membungkuk berulang-ulang ke arang orang asing yang baru ia tabrak tanpa menoleh ke wajah orang yang ia tabrak tadi sambil bicara dalam bahasa Inggris.

“Clara…” Clara terkejut, mengapa orang asing itu mengetahui namanya di tempat asing ini. Ini bukan negaranya, dan sangat lucu rasanya jika ada yang mengetahui namanya. Atau mungkin sebenarnya di negara yang sedang ia pijak itu ada kosa kata ‘clara’ yang memiliki makna tersendiri. Mungkin saja, kan?

“Clara… Ini kau?” Clara segera mengangkat dagunya dan melihat ke arah pria yang baru saja menyerukan namanya. Dan tentu saja, layaknya manusia lain jika sedang terkejut, mata Clara membulat melihat sosok pria berkemeja putih yang tengah berdiri dihadapannya ini. Kebetulan, atau takdir? Entahlah.

“Sungmin oppa?? Sungmin oppa, kan?? Aigoo…” Clara membekap mulutnya dengan tangannya ketika menyadari bahwa orang yang ada dihadapannya ini adalah orang yang sudah lama tidak ia lihat. ‘oh jadi ternyata dia selama ini di negara ini?’ Clara bermonolog dalam batinnya.

Dengan sigap Clara segera memeluk Sungmin kemudian menangis terisak dalam pelukan itu.

“Clara-ssi, wae? Kenapa menangis?”


____* * *hyung* * *_____

“Bagaimana kabarmu, Clara…” Sungmin mulai bicara ketika pesanan mereka datang. Mereka sedang ada di sebuah coffee shop saat ini.

“Aku, baik-baik saja…” Clara berbicara sambil menatap Sungmin. Sungmin tersenyum kecil mendengar jawaban Clara. Clara melihat Sungmin mulai dari wajah sampai seluruh tubuhnya. Sungmin terlihat lebih kurus, wajahnya makin tirus karena tidak segemuk yang dulu, dan terlihat ada garis hitam di bawah matanya, tanda seseorang dalam keadaan tidak baik.

“Oppa…baik-baik saja kah?”

“Naega? Ah, ne… Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kelelahan karena susah tidur. Aku mengalami susah tidur…” Sungmin menjawab. Suasana kembali hening. Mungkin karena keterkejutan mereka yang tiba-tiba bertemu disini, membuat mereka speechless.

“Apa, sejak Kyuhyun menyuruh oppa pergi, oppa langsung menetap disini?”

“Ne…”

“Sendiri?”

“Begitulah…” Sahut Sungmin singkat. Clara menghela napas. Ia mengerti, pasti selama ini Sungmin merasa kesepian di negara asing ini.

“Hmm… Aku berharap, oppa bisa lebih bahagia disini…” Clara tersenyum ke arah Sungmin, dan Sungmin hanya membalasnya dengan anggukan.

“Aku dan Kyuhyun ssi sudah menikah…”

“Jinjja? Ah, mianhae… Oppa tidak tahu apa-apa tentang pernikahan kalian… Yah, kau tahu kan, jarak antara tempat kita…. Chukkae ne… Aku turut senang mengetahui hal ini, akhirnya kalian menikah juga. Aku tahu sejak awal, pasti kalian akan langgeng… Oh ya, sejak kapan kalian menikah?”

“Sekitar tahun 2011, oppa… Bahkan…..”

“Bahkan apa?”

“Tidak. Tidak jadi…” Clara mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu.

Hari semakin sore, dan hujan sedang turun disana. Tidak memungkinkan bagi mereka untuk kembali.

“Apa oppa sudah menikah? Apa oppa betah disini? Bagaimana pekerjaan oppa? Apa pekerjaan oppa sekarang?” Sungmin diam sejenak. Ia menatap sebentar ke arah kaca transparan di coffee shop itu sembari memandangi setiap pejalan kaki dan pengendara yang sedang lalu lalang. Sungmin menarik napas lagi, dan mulai bicara.

“Oppa belum menikah… Oppa tidak memikirkan hak itu sekarang. Oppa tidak betah disini. Pekerjaanku? Pekerjaanku tidak jelas, Clara…. Kerja serabutan…” sahut Sungmin sayup-sayup. Clara menatap terkejut ke arah Sungmin. Hatinya miris mendengar penuturan itu. Ia benar-benar kasihan melihat oppa yang ia sayangi menjadi seperti ini.

“Kau tahu, sejak Kyuhyun menyuruhku pergi, hidupku terasa kosong, tidak berguna. Aku pindah ke negara ini sendirian, dan aku kesepian. Aku mencoba memulai semuanya dari awal, mencoba melupakan kepahitanku, tapi tidak bisa. Rasanya sakit sekali jika saudara yang kusayangi tidak pernah menyayangiku. Kau tahu, Clara, rasanya sangat menyedihkan saat adikku mengatakan dihadapanku sendiri kalau dia membenciku. Sakit sekali, disini…” ucap Sungmin dengan suara bergetar sambil menyentuh dadanya. Clara menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangisnya. Ia tidak mau membuat Sungmin menjadi makin sedih jika melihat dirinya menangis, meskipun sebenarnya Clara tahu, kalau Sungmin ini pintar sekali menyembunyikan kesedihannya, bahkan belum pernah menangis dihadapan Clara.

“Clara ssi, kau tahu, rasanya aku benar-benar tidak berguna karena adikku tidak menganggapku sebagai keluarga. Aku juga merasa tidak berguna karena tidak bisa memenuhi permintaan appa, yaitu menjaga dan membantu Kyuhyun. Aku…aku merasa sangat tidak bisa diandalkan, karena tidak diakui oleh keluargaku satu-satunya, Kyuhyun. Bahkan sampai saat ini, luka itu masih membekas jelas, membuatku tidak bisa bahagia seperti dulu… Aku merasa hidupku tidak bermakna sama sekali.” Sungmin menghentikan bicaranya karena suaranya terdengar makin parau. Matanya memerah dan mulai basah, tapi ia berusaha menahan air mata itu agar tidak sampai jatuh. Clara benar-benar tidak tahan lagi, air matanya kini benar-benar jatuh. Ia sedih mendengar cerita Sungmin. Benar-benar sedih.

“Jangan bicara begitu oppa… Kau…kau itu berguna. Kau itu bermakna. Jangan merendahkan dirimu…” Clara menggenggam tangan Sungmin di meja, mencoba menguatkan batin Sungmin.

“Tidak, Clara… Tidak semudah itu mengubah kenyataan…” Sungmin tersenyum getir mendengar ucapannya sendiri. Kembali suasana hening. Clara masih berusaha menghentikan air matanya, tapi itu susah sekali. Hatinya benar-benar teriris-iris melihat Sungmin yang sekarang, yang hidup dalam kesendirian tanpa kegembiraan.

“Oh ya… Bagaimana kau bisa sampai disini? Apa kau dan Kyuhyun berlibur?” Sungmin kembali bicara. Namun kini Clara menangis lagi, justru terisak. Sungmin mengerutkan dahinya. Kenapa?

“Oppa… Kyuhyunie, dia…dia sedang koma… Dan aku membawanya berobat ke negara ini, karena beberapa orang mengatakan padaku, kalau disini pengobatannya bagus dan lebih canggih daripada Korea. Tapi, dia sekarang masih kritis…” Clara membekap mulutnya, menahan suara tangisnya yang semakin kencang. Sungmin kini yang merasa terkejut. Adiknya? Sakit? Jantungnya berdetak tidak karuan.

“Beberapa minggu lalu, dia tiba-tiba pingsan di kantor saat sedang sibuk memimpin rapat. Karyawannya segera membawa Kyuhyunie ke rumah sakit, dan saat aku bertanya pada dokter…” Clara tidak bisa melanjutkan ceritanya. Dia benar-benar takut…

“Apa katanya…” Desak Sungmin. Ia sangat penasaran dengan kondisi Kyuhyun.

“Dokter bilang, jantungnya mengkisut, hitam, dan rapuh. Ternyata selama ini ia mengalami masalah jantung, tapi tidak pernah bercerita padaku, dan tidak bercerita pada siapapun. Dokter juga mengatakan, kalau sampai jantung Kyuhyun tidak segera mendapat donor, dia akan… Akh… Aku tidak sanggup, oppa…. Benar-benar tidak sanggup… Aku tidak sanggup kehilangan Kyuhyunie… Apalagi, sekarang aku juga sedang mengandung anaknya. Aku tidak sanggup jika anak kami lahir tanpa seorang ayah…” Clara menangis terisak. Sungmin menghampiri Clara dan memeluknya. Meskipun sebenarnya ia sangat lemas mendengar penuturan Clara, bahkan terpukul, ia berusaha tegar, karena tidak mau membiarkan Clara merasa sedih berlarut-larut.

“Aku… aku sudah berusaha mencari pendonor, tapi tidak ada. Dokter juga mengatakan kalau pendonor untuk Kyu masih belum didapat. Aku putus asa, di satu sisi, dokter bilang Kyuhyun makin kritis. Dia butuh jantung yang sehat sekarang agar bisa bertahan… Waktu Kyuhyun sekarang tidak banyak. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa… Karena itulah aku menangis dan berjalan tanpa tujuan yang jelas seperti tadi… Oppa… Apa Kyuhyun bisa hidup??? Eotthokkae…. Eotthokkae, oppa…” Clara terisak dalam pelukan Sungmin.

 

____* * *hyung* * *_____

 

Sungmin duduk sendirian di sebuah halte. Ia menatap nanar ke arah langit malam yang terlihat kelam itu, tidak ada cahaya. Sama seperti perasaannya, kelam. Ia sangat terpukul mendapat kabar tentang Kyuhyun, adik yang sangat ia sayangi… Ia juga bingung, kemana ia harus mencari pendonor. Ia kemudian menunduk, mendengus, dan setitik demi setitik air mata mulai datang mengaliri pipi tirusnya. Ia menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Ia benar-benar khawatir dengan Kyuhyun, juga Clara dan calon bayi Clara.

“Kenapa harus mereka… Tuhan, wae? Kenapa harus adikku yang mengalami ini…” desis Sungmin di tengah kesendiriannya. Ia kembali menyentuhkan tangannya ke dadanya, mencoba menenangkan kemelut batin yang ia derita, meskipun hasilnya sia-sia. Batinnya tetap sakit. Sungmin terhenyak sesaat, ia memikirkan sesuatu. “Apa sebaiknya, aku…” Sungmin tidak melanjutkan ucapannya.

...thinking...

…thinking…

 

# # #

Clara saat ini berada di rumah sakit, menelepon kesana kemari dan juga mendapat telepon dari orang-orang, dari orang-orang yang gagal menemukan donor untuk Kyuhyun. Ia benar-benar kalut. Ia mendudukkan tubuhnya di luar ruangan Kyu. Ia makin cemas sekarang.


“Nyonya Cho, apa anda berhasil menemukan donor? Kondisi suami anda benar-benar kritis saat ini. Jantung itu sangat tidak bisa diharapkan sama sekali. Kami juga belum bisa menemukan jantung untuknya… Saat ini, hidupnya hanya bergantung pada alat-alat itu… Tidak ada harapan lagi, nyonya Cho… Maafkan kami…”
Ucapan dokter itu masih berdengung di telinga Clara. Yang bisa ia lakukan hanya menangis dan menangis.


“Beep beep beep”

Clara melirik ponselnya sesaat, namun tidak menggubrisnya. Ia rasa itu pasti orang-orang yang tidak berhasil menemukan donor untuk Kyu.

 

“beep beep beep”

“beep beep beep”

“Yeoboseo…” Clara menyerah pada kekeraskepalaannya. Ia akhirnya mengangkat telepon itu.


“Clara ssi…”
Terdengar suara yang tidak asing sedang berbicara di telepon itu. Ia melihat layar ponselnya sejenak untuk mengecek nama penelepon, dan tepat itu adalah suara Sungmin.

“Ne, oppa??”


“Apa jantung untuk Kyuhyunie sudah didapat…?”

“Sama sekali belum oppa… Eothokkae…” Clara kembali terisak.


“Ada jantung, yang bisa didonorkan untuk Kyu… Hajiman, kau harus cepat, datanglah sekitar 15 menit lagi, ke perempatan jalan, di dekat coffee shop tempat kita bertemu tadi…”

“Maksud oppa?”

 

“Datanglah, aku menunggumu di perempatan ini, waktumu tinggal 14 menit. Datanglah sekarang, ne… Oh, jangan lupa, bawa ambulance. Kau tahu kan, jantung segar hanya bisa bertahan sekitar 10 menit sebelum diisolasi ke tempat yang lebih layak….”

“Itu jantung siapa, oppa…”


“Nanti kau juga tahu. Palli, datanglah kemari. Jangan terlambat, atau Kyuhyunie tidak bisa diselamatkan…”

Clara bergegas mencari dokter dan mengabarkan hal tersebut setelah memutuskan sambungan telepon dengan Sungmin.

 

# # #

Sungmin termenung di tempat ia sekarang berada. Ia mengecek jam tangannya, dan sepertinya Clara belum muncul. Suara yang tidak asing tiba-tiba terdengar di telinga Sungmin. Ia tersenyum perlahan. “Tepat waktu, dongsaeng…” gumamnya. Ia berdiri dari tempat duduknya, dan melangkah perlahan mendekati jalan raya yang dipenuhi kendaraan yang sedang berlalu lalang. Suara itu makin jelas ia dengar, makin dekat. Ia menunggu beberapa detik lagi. Setelah suara sirine itu terdengar begitu dekat dari posisinya, ia kemudian menggerakkan kakinya lagi, dan mulai berjalan ke tengah jalan raya, tepat disaat melintas sebuah bus besar dengan kecepatan tinggi. Cahaya lampu sorot dari bus itu masih sempat tertangkap oleh manik mata Sungmin, sebelum akhirnya pandangannya mengabur, dan benar-benar gelap.

“Brukkk………”

 

____* * *hyung* * *_____

“Oppa!!!!!!!!!!! Wae oppa!! Sungmin oppa, wae!!!!!! Akhh…….” Clara menangis sesenggukan sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sungmin yang sudah berlumuran darah. Ambulance yang ia naiki tiba di lokasi tepat disaat tubuh Sungmin terhempas oleh badan bus. Ia masih memeluk tubuh oppa yang ia sayangi itu dengan erat. Benar-benar tidak rela dengan semua yang baru saja terjadi. Clara menggigil melihat napas Sungmin yang sepertinya sudah tidak ada lagi. Dengan cepat, ambulance segera membawa tubuh Sungmin menuju rumah sakit.

sungmin-bobo


-SKIP-

“Akh…” Clara menjerit karena kesedihan yang ia rasakan. Ia tidak peduli tangannya masih berlumuran darah, yang ia pikirkan adalah, apa yang ada di pikiran Sungmin, sampai-sampai nekad melakukan tindakan itu.

“Nyonya Cho… Maaf… Kami harus menyampaikan hal ini. Tuan Sungmin, sudah meninggal… Dia tidak bisa tertolong. Otaknya remuk… Sepertinya ia menulis sebuah surat kuasa sebelum kecelakaan, kami menemukan ini di saku bajunya. Dia mengatakan ingin mendonorkan jantungnya pada Cho Kyuhyun jika ia meninggal ataupun masih bernapas. Dan ia membubuhkan tanda tangannya disini, bahkan materai. Apa, apa nyonya Cho bersedia menerima jantung pendonor?” Dokter itu menerangkan dengan teliti pada Clara. Clara tertunduk sambil membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya dan menangis makin kencang.

“Segera putuskan, nyonya Cho. Selain jantung Kyuhyun sudah tidak berfungsi lagi, di sisi lain, jantung pendonor tidak bisa kita biarkan lebih lama, atau nanti bisa-bisa menjadi tidak berfungsi…”

“Segera donorkan, dokter…”


[FLASHBACK END]

“Jantung itu… Jantung yang sekarang tertanam dalam tubuhmu, jantung yang dua tahun belakangan ini membantu peredaran darahmu, adalah jantung milik Sungmin oppa, Kyuhyunie… Dan ia melakukan itu semua hanya karena satu alasan, karena dia menyayangi adik tirinya seperti adik kandung sendiri…” Ucap Clara sambil menangis karena terkenang dengan kejadian 2 tahun lalu, yang rasanya seperti baru saja terjadi. Kyuhyun terbelalak. Ia menyentuhkan tangannya ke daerah jantungnya berada. Lidah Kyuhyun tercekat mendengar cerita Clara.

“Aku, aku tidak bisa menyimpan rahasia ini terlalu lama. Apalagi aku selalu melihat kebencian darimu untuk Sungmin oppa. Aku merasa, itu benar-benar tidak adil baginya, Kyuhyun ah… Dia sudah terlalu baik padamu, tapi kau justru membencinya. Dia sudah merelakan nyawanya untukmu dan untuk anak kita, Min Ri. Mungkin kalau dia tidak melakukan ini, kau pasti sudah meninggal, dan Min Ri menjadi seorang yatim. Jadi kumohon, hentikanlah kebencian tak beralasanmu itu untuknya… Semua sudah jelas kan Kyuhyunie, kalau Sungmin oppa sangat tulus padamu… Menyayangimu bukan karena menginginkan kekayaan appamu. Jadi kumohon, janganlah membencinya. Dia sudah meninggal, jadi kau pasti memang tidak bertemu dengannya lagi, sesuai keinginanmu….” Clara bicara panjang lebar dan masih menangis. Kyuhyun terpejam, menyesapi rasa bersalahnya atas tindakannya selama ini pada Sungmin. Tubuhnya bergetar karena rasa penyesalan yang sangat dalam.

“Mungkin kau bertanya-tanya, kenapa dia nekad. Sebelum ia menabrakkan dirinya, ia sempat mengirimiku pesan dengan ponselnya, “aku ingin diriku lebih berguna, mungkin dengan cara ini. Toh, kalau aku hidup, rasanya hidupku hampa, dan tidak berguna…” Sebelum aku tiba di lokasi kecelakaan, aku mendapat pesan seperti itu. Awalnya aku tidak mengerti, tapi setelah melihat Sungmin oppa yang tergeletak berlumuran darah, aku baru mengerti apa maksud pesan yang ia kirimkan…” Clara menarik napas panjang sambil menyeka air matanya.

Kyuhyun yang makin larut dalam rasa bersalahnya kini menangis perlahan. Ia menyesal dan menyesal. Ia membenci sikapnya yang sangat keterlaluan pada Sungmin. Waktu sudah menunjukkan pukul 00:02 KST. Tahun baru 2015, tepat di hari ulang tahun Sungmin, dan tepat 8 tahun ia tidak bertemu Sungmin.

“Mian, mian Hyung… Mianhae…. Maafkan aku Hyung…” Kyuhyun menangis, dan Clara hanya bisa memeluk Kyuhyun yang terlihat menyesal saat ini.

kyuumin

 

____* * *hyung* * *_____

~~1st January 2015

~~10.07 KST

~~distrik Hogae, Anyang, Gyeonggi, Korea Selatan

Kyuhyun, Clara, dan Min Ri yang berada dalam gendongan Clara melangkah perlahan ditengah rerumputan kecil, menyusuri areal pemakaman dimana Sungmin diistirahatkan 2 tahun lalu. Mereka melangkah terus, sampai tiba di sebuah makam dengan batu nisan bertuliskan namanya, dan ada foto Sungmin yang tergeletak di dekat sana, di dekat tanda salib yang terlukis di nisan besar itu.

...sad...

…sad…

“Aku memutuskan untuk memakamkan Sungmin oppa di desa kelahirannya, di sini, di Gyeonggi. Aku meminta bantuan beberapa orang untuk mengurus pemakaman Sungmin oppa tanpa sepengetahuanmu. Aku tidak ingin kau marah karena aku membawa Sungmin oppa kembali ke Korea. Ah, beberapa orang yang menghadiri pemakaman oppa ikut menangisi kepergiannya, karena mereka sangat menyayangi Sungmin oppa. Sekarang… Dia sudah pergi untuk selamanya…” Clara berbicara setelah mereka tiba disamping makam Sungmin. Ada beberapa bunga tulip segar yang dipajang dalam vas yang ada di makam Sungmin. Kyuhyun berdiri dan mematung menghadap makam Sungmin. Air matanya mulai merembes. Ia benar-benar berduka saat ini.

‘Aku tidak tahu, apakah hyung masih menyayangiku sekarang. Tapi aku berharap, masih. Maafkan aku hyung, tidak menghargaimu selama ini… Maafkan aku karena menyia-nyiakan kebaikanmu… Aku…. Mianhae… Aku jahat padamu. Aku berjanji pada hyung, akan menjaga jantung titipanmu ini, dan aku berjanji pada Hyung untuk sering-sering mampir ke makammu… Hyung… Bogoshippo… Aku menyayangi hyung… Aku jujur pada hyung, kalau aku kini benar-benar merindukan hyung… Hyung yang dulu sering memasakkan makanan untukku, menyelimutiku ketika tidur, menasehatiku meski aku acuh padamu, dan selalu tersenyum meski aku menyakiti hatimu… Hyung… Jinjja mianhae… Mian…’ Kyuhyun berbicara dalam hati. Kyuhyun menumpukan kakinya di lututnya karena benar-benar tidak sanggup berdiri. Ia lemah, merasa sedih dan kehilangan sosok Sungmin. Clara menyentuhkan tangannya ke bahu Kyu. Min Ri menghampiri Kyuhyun dan memeluk Kyuhyun dengan lembut.

...kneel...

…kneel…

“Appa, uljimma…” ucap gadis kecil itu sambil mengusap air mata Kyu. Kyuhyun tersenyum ke arah putrinya dan memeluk putrinya erat. Ia menggendong Min Ri kemudian bangkit berdiri setelah sebelumnya membungkuk ke arah makam Sungmin. Ia masih menatap kosong ke arah makam hyungnya. Sibuk dengan pikirannya sendiri.


‘Hyung, aku pamit dulu… Oh, dan aku ingin mengucapkan sangeil chukkae untuk hyung… Aku, Clara, dan Min Ri keponakanmu, kami pergi dulu Hyung… Saranghae…’
Kyuhyun melangkah bersama Clara dan mulai meninggalkan makam itu. Min Ri masih setia dalam gendongan hangat appanya.

Kyuhyun menarik napas lega, ia lega, sudah bisa meminta maaf pada hyungnya, meski sebenarnya ia kecewa, karena tidak bisa menyampaikan permohonan maafnya secara langsung. Ia merasa kecewa karena terlambat menyadari kebaikan Sungmin. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?

“Appa, igo nuguya?” terdengar suara Min Ri bertanya ke arah appanya.

“Yang tadi itu makam ahjussimu, chagiya… Ahjussimu yang sangat baik. Namanya Sungmin ahjussi, ne…”

Bayangan Sungmin tersenyum melihat punggung adiknya yang makin menjauh meninggalkan makamnya. Wajah putih pucat itu tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah 3 tubuh yang sudah jauh itu.

 

“Hyung juga menyayangimu, dongsaeng…”

 

When KyuMin Crying....

When KyuMin Crying….

Pelajaran berharga yang bisa kita petik dari sini ialah, berhentilah untuk berprasangka buruk terhadap orang-orang di sekelilingmu. Terkadang, apa yang kita duga belum tentu benar. Pikiran negatif yang kita tanam hanya akan berbuah yang negatif pula. Mulailah menabur sikap positif, selama masih ada waktu bagimu.

Ah, satu hal lagi, sayangilah orang-orang disekitarmu selagi mereka masih berada disekitarmu, entah itu ayahmu, ibumu, kakek, nenek, saudara, sahabat, bahkan musuhmu sekalipun. Apa susahnya menyayangi? Hanya sederhana, bukan? Ingat, bukankah ada orang bijak yang mengatakan, lakukan apa yang masih bisa kau lakukan hari ini, jadi selagi kau masih bisa melakukan hal mulia itu -menyayangi- maka lakukanlah…
-quote: Me



FIN

 

[ENDING BACKSOUND: COAGULATION – Super Junior]

 

Gomawo sudah membaca, dan ehm, menyampaikan kritik saran dsb mohon dengan kesopanan ya… ^_^

Annyeong…

Selesai diketik: Sabtu, 1 Juni 2013

Pukul 14:32 WIB

Oh iya, kalau misalnya di FF ini Kyuhyun kelihatan dingin begitu, maklumin ya… Namanya juga evil magnae, jd karakter di FF juga boleh lah dibikin kelihatan evil. Tapi ttp kok, dalam dunia nyata, Kyuhyun tetaplah seorang namja yang manis imut manja dan baik hati.

Ini hanya fanfiction, jangan terlalu dihayati gitu.. 😀
Saranghaeeee…….

#loveSign

6 pemikiran pada “FANFICTION – “HYUNG” – OneShoot – KyuMin

  1. Sedih chingu ceritanya, knp kyu jahat bgt sich kebanyakan nonton drama y…. pas sadar ming nya dah pergi huhuhu
    ..salam kenal y , ijin baca ff nya

    Suka

  2. hua 😥 author sukses bikin aku nyesek ya 😦 Sebenernya ide bunuh diri demi kebaikan ini udah banyak aku baca, tapi author bisa mengemasnya dengan hal lain yang membuatnya telihat berbeda. Dan ini FF keren, aku pengen nangis asanya *peluk ddangkoma
    Daebak!

    Suka

  3. thor aku share di fb ya ff ini.. nangis aku mbacanya.. T.T
    gomawo.. ^_^

    Suka

Tinggalkan komentar